Rumah Sakit Naik Kelas, Integritas Pejabatnya Turun Kelas: 32 RSUD Disorot KPK
Transparansi Tanpa Tawar

JAKARTA – Mereka bilang pembangunan RSUD adalah wujud cinta negara kepada rakyat.Tembok-tembok rumah sakit dipoles, papan proyek dipasang megah, dan dana triliunan diturunkan dari pusat seperti hujan yang seharusnya menyuburkan pelayanan kesehatan.
Tapi di balik gemerlap renovasi, ada suara lirih yang tidak tercatat dalam laporan proyek:suara uang yang diduga berputar lebih kencang dari niat baik,
suara meja-meja rapat yang lebih sibuk menghitung fee daripada menghitung kebutuhan pasien,suara bisik-bisik yang lebih mengurus “jatah” ketimbang nyawa.
Rumah sakitnya naik kelas.Tapi para pejabatnya?Konon justru turun kelas—turun martabat, turun moral, turun integritas.Seakan-akan gedung yang menjulang itu hanya topeng,sementara di dalamnya berdiri bayang-bayang manusia yang lebih pandai membangun skemadaripada membangun kepercayaan rakyat.
KPK membuka satu kasus, dan terbelah-lah tabirnya 8 orang ditetapkan sebai tersangka :bukan satu, bukan dua, tapi 32 RSUD yang kini disorot.Seakan proyek kesehatan bukan lagi ruang penyembuhan,melainkan arena permainan:yang menang dapat proyek, yang kalah adalah rakyat.
5 tersangka awal yang diumumkan pada 9 Agustus 2025: Bupati Kolaka Timur (Abdul Azis), pejabat Kemenkes (Andi Lukman Hakim), Pejabat Pembuat Komitmen (Ageng Dermanto), dan dua pegawai swasta (Deddy Karnady & Arif Rahman).
3 tersangka baru yang ditetapkan kemudian: ASN Badan Pendapatan Daerah (YSN), pejabat Kemenkes (Hendrik Permana), dan Direktur PT Griksa Cipta (Aswin Griksa).
Rakyat datang ke rumah sakit untuk mencari kesembuhan.Pejabat datang ke proyek rumah sakit untuk mencari kesempatan.Rakyat antri berharap hidupnya dipanjangkan.Sebagian pejabat diduga antri berharap dompetnya ditabalkan.
Beginilah ironi negeri yang katanya menuju reformasi kesehatan:Gedungnya makin tinggi, anggarannya makin besar,tapi moral sebagian pengelolanya justru mengecil.
Jika benar semua dugaan ini terbukti,maka kita harus mengakui satu kenyataan pahit:di negeri ini, rumah sakit bisa naik kelas tapi integritas pejabatnya tetap rawat inap.
Redaksi



