NEWS

Dua Kerangka di Kwitang — Luka yang Belum Sembuh dari Negeri yang Enggan Mengaku

Kebenaran bukan sekadar berita. Ia adalah nyawa yang menolak dilupakan.

Jakarta — Di balik dinding hangus bekas gedung Astra Credit Companies (ACC) di Kwitang, Jakarta Pusat, sejarah kembali berbisik. Dua kerangka manusia ditemukan pada Kamis, 30 Oktober 2025. Kering, rapuh, tapi masih berbicara tentang sebuah bangsa yang terlalu sering lupa pada warganya sendiri.

Dua nama segera muncul dari ingatan publik: Reno Syahputra Dewo (24) dan Muhammad Farhan Hamid (23). Mereka bukan siapa-siapa di mata kekuasaan — hanya dua anak muda yang turun ke jalan, ikut menyuarakan kegelisahan rakyat di depan gedung DPR/MPR pada 29 Agustus 2025. Malam itu, mereka hilang. Tak pernah pulang.

Keluarga Reno dan Farhan kini menjalani uji DNA di Laboratorium Forensik Polri, mencoba mencocokkan sisa-sisa tulang dari reruntuhan dengan darah dan air mata yang mereka simpan selama dua bulan lebih. Polisi menyebut hasilnya belum keluar. Tapi di ruang tunggu, harapan dan ketakutan berkelindan seperti asap kebakaran yang tak kunjung padam.

Kerusuhan yang memicu hilangnya Reno dan Farhan bermula dari bentrokan antara massa dan aparat di sekitar Markas Brimob, Kwitang. Kala itu, publik hanya disuguhkan berita tentang “demonstran rusuh” dan “penegakan hukum”. Tapi kini, sisa-sisa manusia dari bangunan yang sama menjadi saksi bisu bahwa ada sesuatu yang lebih gelap di balik narasi resmi.

Polres Metro Jakarta Pusat menyatakan investigasi masih berjalan. Namun publik sudah terlanjur bertanya: mengapa dua nyawa muda bisa hilang begitu saja tanpa jejak? Apakah negeri ini terlalu sibuk mencari kambing hitam sampai lupa mencari kebenaran?**Red

Reno dan Farhan mungkin hanya dua nama di antara ribuan yang pernah lenyap di tengah kekacauan dan pembenaran kekuasaan. Tapi penemuan dua kerangka itu seperti mengetuk pintu nurani bangsa: bahwa tidak ada pembangunan, tidak ada kemajuan, jika rakyatnya terus dikubur tanpa jawaban.

Related Articles

Back to top button