Polisi Pastikan Ledakan di SMAN 72 Jakarta Berasal dari Lingkungan Sekolah: 60 Korban Luka, Motif Masih Didalami

Jakarta — Spirit Revolusi.Ledakan keras yang mengguncang SMA Negeri 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat siang (7/11/2025), menjadi perhatian nasional. Kepolisian Republik Indonesia memastikan bahwa insiden ini berasal dari dalam lingkungan sekolah, dan penyelidikan mendalam tengah dilakukan untuk mengungkap motif di balik peristiwa tersebut.
Menurut keterangan resmi dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, ledakan terjadi sekitar pukul 12.15 WIB, tepat saat pelaksanaan salat Jumat di masjid sekolah. “Berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) sementara, peristiwa ini terjadi di dalam lingkungan sekolah. Informasi awal menunjukkan pelaku berasal dari sekolah tersebut,” ujar Kapolri dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu (8/11).
Kepolisian mencatat sedikitnya 60 korban luka-luka dalam kejadian tersebut. Sebagian besar korban adalah siswa yang tengah menunaikan ibadah salat Jumat. “Kondisi korban beragam, ada yang luka ringan hingga sedang. Dua korban menjalani operasi dan kini dalam kondisi stabil,” jelas Kapolri.
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara dari Polda Metro Jaya dan tim Jihandak Brimob, ditemukan bahwa terdapat dua ledakan di lokasi berbeda namun masih dalam area sekolah. Ledakan pertama terjadi di dalam masjid sekolah, sedangkan ledakan kedua terdengar dari arah selasar belakang hanya beberapa detik setelahnya.
“Tim penjinak bom sudah melakukan olah TKP. Dari hasil pemeriksaan awal, benda yang ditemukan di sekitar lokasi bukan senjata api, melainkan senjata mainan,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi.
Meski begitu, pihak kepolisian tidak menutup kemungkinan bahwa bahan peledak rakitan digunakan dalam peristiwa ini. “Tim Puslabfor Mabes Polri sedang menganalisis residu dan komponen ledakan. Dugaan sementara mengarah pada bahan peledak buatan sederhana, namun kesimpulan akhir masih menunggu hasil uji laboratorium forensik,” tambahnya.
Salah satu fokus penyelidikan adalah motif pelaku. Dari keterangan beberapa saksi siswa dan guru, terduga pelaku disebut sering menjadi korban perundungan (bullying) di sekolah. “Kami menerima informasi tersebut dan akan kami dalami dengan pendekatan psikologis dan sosial,” kata Kapolri.
Kepolisian juga menegaskan bahwa belum ada indikasi kuat keterkaitan peristiwa ini dengan jaringan terorisme. “Kami tegaskan, belum ada unsur terorisme. Namun kami tetap libatkan Densus 88 untuk memastikan tidak ada kemungkinan lain,” ujar Kapolri.
Pasca kejadian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan seluruh biaya pengobatan korban akan ditanggung sepenuhnya. Korban dirawat di RS Islam Cempaka Putih dan RS Yarsi, sementara sebagian lainnya sudah diperbolehkan pulang.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menurunkan tim trauma healing untuk mendampingi siswa dan guru yang mengalami trauma akibat insiden ini. “Sekolah akan ditutup sementara sampai kondisi benar-benar aman,” ujar Wakil Menteri Dikdasmen, Atip Latipulhayat, usai mengunjungi korban di rumah sakit.
Hingga Sabtu (8/11) malam, garis polisi masih terpasang di area sekolah. Tim gabungan dari Puslabfor, Brimob, dan Densus 88 masih melakukan penyisiran lanjutan terhadap lokasi ledakan.
Kapolri menghimbau masyarakat agar tidak menyebarkan spekulasi atau isu menyesatkan terkait kejadian ini. “Kami mohon masyarakat menunggu hasil resmi penyelidikan. Jangan ada narasi yang memperkeruh suasana atau menambah trauma para korban,” tegas Jenderal Listyo Sigit.
Polda Metro Jaya juga membuka posko informasi bagi keluarga korban dan masyarakat yang ingin mendapatkan kabar resmi tentang kondisi siswa dan guru SMAN 72 Jakarta.
Tim Redaksi




