“Tiga Pejabat Terjerat Solar Subsidi: BBM Sampah, Uang Rakyat yang Terbakar!”
Yang benar-benar kotor bukan cuma sampah di jalan, tapi juga nurani yang dijual di meja administrasi.

SPIRITREVOLUSI- MEDAN _Di kota yang setiap hari berjuang melawan bau busuk sampah, kini tercium aroma yang jauh lebih menyengat — bau busuk korupsi.
Kejaksaan Negeri Medan, pada 12 November 2025, menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus dugaan korupsi pembelian bahan bakar minyak (BBM) subsidi untuk kendaraan operasional sampah Kecamatan Medan Polonia. Ketiganya berinisial IAS, KAL, dan IRD — nama-nama yang kini menjadi simbol kecil dari penyakit besar bernama penyalahgunaan anggaran publik.
BBM solar yang seharusnya menghidupkan mesin truk kebersihan demi pelayanan warga, justru diduga “dikorupsi di atas tumpukan sampah”.
Modusnya klasik, tapi selalu efektif: laporan realisasi dipoles, dokumen digandakan, dan angka volume bahan bakar diputar sesuka hati. Di atas kertas, tangki truk penuh. Di lapangan, mungkin hanya angin yang mengisi.
Audit Inspektorat Kota Medan mengonfirmasi adanya kerugian keuangan negara, hasil yang tak lagi mengejutkan di negeri di mana bensin bisa “mengalir” ke mana saja — kecuali ke tempat yang seharusnya.
Namun kasus ini bukan sekadar tentang solar bersubsidi. Ini tentang subsidi moral yang telah lama habis. Tentang bagaimana kejujuran dikorbankan di altar proyek-proyek kecil yang seharusnya sederhana. Tentang bagaimana uang rakyat yang dikumpulkan tetes demi tetes, justru bocor di saluran paling rendah dari sistem birokrasi: operasional sampah.
Ironisnya, para pelaku korupsi seperti ini seringkali bersembunyi di balik seragam, jabatan teknis, atau laporan administrasi yang tampak “biasa saja”. Tapi justru di situlah letak bahaya — korupsi bukan lagi soal miliaran proyek besar, melainkan soal rasa aman mencuri di tempat yang dianggap sepele.
Ketika truk sampah berhenti karena tak ada bahan bakar, ketika warga mencium bau busuk dari tumpukan yang tak terangkut, barangkali di situlah rakyat mulai sadar: yang benar-benar kotor bukan cuma sampah di jalan, tapi juga nurani yang dijual di meja administrasi.
Medan Polonia bukan hanya kehilangan solar — ia kehilangan moral.Dan selama masih ada yang menganggap “BBM sampah” sebagai peluang bisnis pribadi, kota ini akan terus berputar dalam siklus busuk yang sama: korupsi kecil, efek besar.*Red




